Tugas Mata Kuliah: Kurikulum
Kurikulum
Biologi Untuk Memberdayakan Berfikir
OLEH:
Robin Ginting (8126173027)
PENDIDIKAN BIOLOGI A-1
PPS
PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2012
A. Pendahuluan
Istilah pendidikan berasal dari
bahasa Yunani, Paedagogy, yang
mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang
pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi,
pendidikan diistilahkan dengan educate
yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa
Inggris, pendidikan diistilahkan to
educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno,
2006).
Pendidikan biologi mestinya
memberikan andil dalam perkembangan biologi dari waktu ke waktu. Pengenalan
berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu dikelompokkan
sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia mempelajari
biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak manfaat
dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan
bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan
berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan,
pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam
mengolah bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara
keanekaragaman dan fungsi lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat
dari keanekaragaman dan lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada
masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya
pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu berperan agar lingkungan dan alam
tetap bersahabat dengan manusia.
Jadi, pendidikan biologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan
biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan
benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan untuk
pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui
pengembangan sikap ilmiah (Scientific
attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui
pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity
(sikap ingin tahu), respect for evidence
(sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung
secara kritis), sensitivity to living
things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan
lingkungan). Cara pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan
penanaman nilai-nilai sains di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain
adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai religius, nilai sosial-ekonomi,
dan nilai pendidikan.
Hakikat pendidikan biologi adalah
pemahaman tentang pentingnya mempelajari alam sehingga akan membawa manusia
pada kehidupan bermakna dan bermartabat. Secara filosofis, hakikat pendidikan
biologi menjelaskan bagaimana proses pembentukan pemikiran manusia dalam
kaitannya mempelajari alam sekitar, sehingga cara pandang biologi terhadap
proses berpikir dapat dipertimbangkan sebagai suatu alternative pendekatan
dalam ilmu sains.
Melalui pemaparan topik ini
mahasiswa diharapkan: (1) Memiliki wawasan/pemahaman yang luas tentang kurikulum
biologi untuk memberdayakan berfikir.(2) Mengetahui tahapan perkembangan
berfikir anak.
B. Kurikulum Pembelajaran Biologi
Kurikulum adalah serangkaian rencana
pengajaran dan sebagai suatu sistem (sistem kurikulum) yang merupakan bagian
dari system persekolahan atau suatu lembaga pendidikan. Kurikulum sebagai
rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahan pelajaran yang akan
disajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu
pengajaran. Sebagai suatu system, kurikulum merupakan bagian atau subsistem
dari keseluruhan kerangka organisasi sekolah atau sistem sekolah (Sukmadinata,
2010).
Kurikulum biologi disempurnakan
untuk meningkatkan mutu pendidikan Biologi secara nasional. Saat ini
kesejahteraan bangsa tidak hanya lagi bersumber pada sumber daya alam dan modal
yang bersifat fisik, tetapi bersumber pada modal intelektual, sosial dan
kepercayaan (kredibilitas). Dengan
demikian tuntutan untuk terus menerus memutakhirkan pengetahuan biologi menjadi
suatu keharusan.
C. Hakikat Berfikir
Berpikir adalah proses yang intens
untuk memecahkan masalah, dengan menghubungkan satu hal dengan yang lain,
sehingga mendapatkan pemecahan. Yang menjadi masalah adalah bahwa hal-hal yang
akan dihubungkan tersebut belum tentu ada atau hadir di benak kita. Oleh karena
itu berpikir melibatkan kemampuan untuk membayangkan atau menyajikan
objek-objek yang tidak ada secara fisik atau kejadian-kejadian yang tidak
sedang berlangsung. Berpikir kreatif adalah suatu cara berpikir dimana
seseorang mencoba menemukan hubungan-hubungan baru, untuk memperoleh jawaban
baru terhadap masalah. Dalam berpikir kreatif ini, seseorang dituntut untuk dapat
memperoleh lebih dari satu jawaban terhadap suatu persoalan dan untuk itu maka
diperlukan imajinasi.
Contoh berpikir kreatif adalah: Andaikan apabila anda menjadi seorang astronot?
Bila anda terdampar seorang diri di pulau, apa yang akan anda lakukan?
Berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal.
Contoh berpikir kreatif adalah: Andaikan apabila anda menjadi seorang astronot?
Bila anda terdampar seorang diri di pulau, apa yang akan anda lakukan?
Berpikir analitis adalah berpikir yang sebaliknya menggunakan suatu pendekatan logis menuju ke jawaban tunggal.
Sebenarnya dalam menghadapi suatu
masalah kita membutuhkan kedua jenis berpikir tersebut, yaitu berpikir
logis-analitis dan berpikir kreatif. Berpikir logis-analitis oleh Guilford
disebut dengan berpikir konvergen, karena cara berpikir ini cenderung menyempit
dan menuju ke jawaban tunggal. Sementara itu berpikir kreatif sering disebut
oleh Guilford sebagai berpikir divergen, karena di sini pikiran didorong untuk
menyebar jauh dan meluas dalam mencari ide-ide baru.
D. Struktur Biologis dan Proses
Berpikir
Struktur
biologis yang sangat unik pada manusia yang memiliki kemampuan berpikir adalah
otak. Otak manusia beratnya tidak lebih dari 1,5 kg. Otak adalah pusat
berpikir, berperilaku, serta pusat emosi manusia yang mencerminkan seluruh
dirinya (selfhood), kebudayaan,
kejiwaan, serta bahasa dan ingatan. Seorang filsuf, Rene Descartes, pernah
mengatakan bahwa otak sebagai pusat kesadaran manusia diibaratkan sebagai
sains, sedangkan badan manausia sebagai kudanya. Otak merupakan kumpulan
sel-sel saraf yang memiliki fungsi pengaturan dan pusat kontrol semua kegiatan
yang dilakukan oleh seluruh anggota tubuh manusia.
Pada saat
kelahiran, otak telah menata dirinya menjadi lebih dari 40 fungsional wilayah
yang berbeda yang mengatur hal-hal seperti penglihatan, pendengaran, bahasa,
dan gerakan otot. Otak memproses data indrawi yang masuk ke dan melalui daerah
fungsional. Pengolahan tersebut dilakukan sebagai data sensoris masuk melalui
jalan dari lima indera-semua yang kita lihat, dengar, merasa, bau, dan rasa.
Panca indera adalah salah satu caranya otak untuk mendapatkan data tentang
dunia luar. Untuk meningkatkan input, otak mengkonstruksi mekanisme motorik yang
meningkatkan pengumpulan informasi. Perangkat tambahan ini terdiri atas
jaringan sederhana dan refleks otomatis untuk berpikir dan eksplorasi.
Sebagai
sistem penyimpanan data, otak membutuhkan tak terhitung jumlah gambar,
mengumpulkan mereka satu demi satu, dan menyimpan dalam bentuk bagian-bagian
khusus di sel otak. Kelebihan sel otak adalah bahwa satu sel bisa dipanggil
berkali-kali untuk mengidentifikasi factor yang sama, misalnya apakah ada
sesuatu yang horizontal atau vertikal. Satu sel ini dapat mengenali beragam
objek vertical seperti gedung, buku, atau pensil. Setiap sel otak memiliki
kapasitas untuk menyimpan fragmen banyak kenangan. Kenangan ini atau
karakteristik dunia dipecah menjadi unsur bagian- cahaya foton, molekul bau,
getaran gelombang suara-siap dipanggil ketika koneksi jaringan tertentu perlu
diaktifkan. Seperti penyimpanan informasi non-bahasa, aspek bahasa juga
disimpan dalam berbagai bagian otak. Pendengaran, lisan, membaca visual dan
kapasitas menulis disimpan secara terpisah. Nama hal-hal alam, seperti tanaman
dan hewan, dicatat di salah satu bagian otak yaitu sebagai nama benda, mesin,
dan benda lainnya buatan manusia disimpan di tempat lain. Kata dipisahkan dari
verbal, dan fonem dari kata-kata. Adaptasi biologis tertentu pada tubuh
memungkinkan manusia untuk menghasilkan, mendengar, dan mengenali suara
merupakan hal penting untuk kelangsungan hidup. Butuh waktu lama bagi manusia
untuk membalikkan cara untuk menyampaikan informasi dengan menggunakan tanda
sebagai simbol. Manusia secara biologis tidak dirancang untuk tujuan membaca
atau menulis. Membaca dan menulis merupakan potensi biologis yang dirancang
untuk keperluan lain. Satu-satunya cara kita bisa belajar apa pun adalah
melalui struktur biologis kita.
E.
Tahapan
Biologis dan Proses Berpikir
Dibandingkan
dengan organisme hidup lainnya, manusia memasuki dunia dengan kepala kosong.
Banyak jenis burung, ikan, dan hewan lainnya dilahirkan dengan otak yang telah
terprogram dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup, mengumpulkan
makanan, dan mereproduksi jenis mereka sendiri. Misalnya, beberapa burung yang
bermigrasi dapat melakukan perjalanan ke lokasi di mana mereka tidak pernah
jelajahi sebelumnya, yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup. Hewan-hewan
lainnya juga memiliki insting yang independen untuk belajar. Tapi bayi manusia
yang baru dilahirkan sangat tidak berdaya. Dia harus membangun pengetahuan
tentang dunianya sendiri secara bertahap.
Tahap 1: Membangun
sebuah Pengetahuan (Pemetaan suatu bentuk)
Aspek yang paling penting dari tahap ini adalah pembentukan objek permanen yaitu benda-benda yang telah diketahui sebelumnya meskipun dari hanya melihat. Pentingnya membangun pemikiran menjadi begitu mendasar bagi semua hal yang kita lakukan. Kita tidak akan tahu ke mana harus pulang pada malam hari, kita tidak berhenti membaca sebuah buku jika kita tidak bisa percaya bahwa tulisan pada halaman akan tetap sama ketika kita tidak membacanya. Mengetahui bahwa dunia dapat dipercaya untuk menjaga hal-hal tetap berada di tempatnya dan mereka adalah penting untuk semua pelajaran nanti.
Aspek yang paling penting dari tahap ini adalah pembentukan objek permanen yaitu benda-benda yang telah diketahui sebelumnya meskipun dari hanya melihat. Pentingnya membangun pemikiran menjadi begitu mendasar bagi semua hal yang kita lakukan. Kita tidak akan tahu ke mana harus pulang pada malam hari, kita tidak berhenti membaca sebuah buku jika kita tidak bisa percaya bahwa tulisan pada halaman akan tetap sama ketika kita tidak membacanya. Mengetahui bahwa dunia dapat dipercaya untuk menjaga hal-hal tetap berada di tempatnya dan mereka adalah penting untuk semua pelajaran nanti.
Secara biologis, kita memiliki waktu
sekitar tiga tahun usia anak-anak untuk menetapkan pengetahuan dasar lingkungan
di mana kita hidup. Selain itu, otak dirancang untuk menyandikan kata-kata
mudah. Anak-anak akan mengkodekan, rata-rata, sekitar 10 kata-kata baru setiap
hari antara usia 2 sampai 5 tahun (Jackendoff, 1994). Anak-anak sangat aktif
dan penuh semangat membentuk konsep dan mengaitkan konsep-konsep dengan
kata-kata. Bahkan pada tahap awal, anak-anak mampu dengan sengaja melakukan
proses penyelidikan yang berkontribusi pengetahuan untuk membangun pribadi
anak.
Tahap 2 : Membandingkan hal yang
telah diketahui untuk mempelajari hal yang
belum diketahui. Kekuatan berpikir pada tahap ini luar biasa. Anak
akan membentuk konsep mendasar tentang dunia fisik serta sifat (persamaan dan
perbedaan perbandingan berdasarkan ukuran, bentuk, warna, dan sebagainya);
tentang ordinal dan angka kardinal (satu per satu penulisan derajat yang bervariasi);
tentang semua langkah (perbandingan ukuran yang dikenal, seperti tongkat meter,
untuk ukuran yang tidak diketahui, seperti dimensi tabel), dan tentang
penggunaan simbol yang bermakna (pengakuan kata). Anak akan belajar lebih
banyak kata pada tahap ini daripada dia istirahat. Dia juga bisa belajar untuk
membaca musik dan dengan koordinasi motorik yang tepat, memainkan alat musik,
pola tari yang kompleks, atau melaksanakan rutinitas atletik senam atau lainnya.
Tahap 3: Meletakkan benda secara bersamaan.
Proses berpikir berikutnya dimulai pada usia 6 tahun dan ditetapkan bagi
kebanyakan anak usia 8 tahun (Lovell dan lain-lain, 1962; Smedslund, 1964;
Bruner dan Kenney, 1966). Proses ini memungkinkan anak untuk mengelompokkan
semua objek di set berdasarkan satu atribut umum.
Tanpa instruksi formal, anak akan meletakkan semua benda
biru bersama-sama dari susunan objek, dan kemudian terus mengurutkan kuning,
merah, dan warna lainnya lainnya ke dalam kelompok-kelompok. Di sekolah formal,
konsep "semua" dan "beberapa" dapat dengan mudah diajarkan
pada tahap ini. Pada konsep-konsep ini, anak dapat membangun pemahaman tentang
semua operasi dasar matematika. Aturan sederhana dapat dipahami dan dihasilkan
oleh anak jika diberi kesempatan. Dalam keberadaan kita sehari-hari, kita
jarang menggunakan berpikir lebih tinggi dari tahap ini.
Tahap 4: Ide-ide simultan.
Ketika anak-anak mulai memiliki mental berpikir yang menunjukkan mereka dapat
menggabungkan lebih dari satu ide pada suatu waktu, mereka telah memasuki tahap
4. Bagi kebanyakan anak kemampuan ini terjadi pada usia 8 tahun dan terus
berkembang sampai usia 10 tahun (Inhelder dan Piaget, 1964; Vernon, 1965).
Siswa mulai menikmati permainan kata dan dapat dengan mudah mengerti homonim.
Mereka
mulai kreatif menulis dari "itu adalah sebuah rumah tua, yang merupakan
rumah coklat; itu adalah rumah kosong" (deskripsi dari rumah, satu
properti pada satu waktu) untuk "itu adalah, warna coklat tua, rumah
kosong" (deskripsi bervariasi untuk kata benda yang sama). Penalaran ilmiah
mereka mulai muncul dari berpikir trial and error atau mengikuti sebuah
"resep" exprimental untuk merenungkan dampak dari membandingkan 2
situasi secara bersamaan dalam kondisi yang berbeda.
Tahap 5: Hubungan-hubungan supererordinat atau sub-ordinat.
Berpikir tentang hubungan antara kelompok-kelompok objek dan konsep lebih
tinggi dari anak-anak merupakan indikator dari tahap perkembangan. Hal ini
muncul pada usia 11 tahun. Berpikir menyadari bahwa jika salah satu koleksi
benda-benda termasuk dalam kelompok, maka semua objek dalam pengelompokan yang
lebih kecil adalah bagian dari yang lebih besar. Sebaliknya, bagian dari kelas
yang lebih besar berisi semua yang lebih kecil. Ada pengakuan bahwa keseluruhan
sama dengan jumlah bagian-bagiannya dan contoh untuk mewakili keseluruhan tidak
ada. Pola kemampuan siswa pada tahap ini ditandai oleh masuknya satu atau lebih
kelas objek di dalam kelas lebih tinggi dari objek. Siswa mengakui bahwa
seluruh (Kelas besar) adalah sama dengan jumlah bagian-bagiannya (yang
subclass) dan bahwa ada hubungan yang logis antara kelas besar dan kecil.
Misalnya, siswa menyadari bahwa semua paus adalah mamalia tetapi bahwa tidak
semua mamalia adalah paus. Pada tahap ini siswa dapat sepenuhnya memahami bahwa
mereka hidup di kota tertentu dan negara tertentu pada saat yang sama, dan yang
satu adalah lebih tinggi yang lain.
Tahap 6, Pertimbangan yang Kombinasi. Tahap selanjutnya terungkap pada usia 13-14 tahun (Lawson dan Renner, 975; Lowery, 1981b), di mana siswa menjadi lebih fleksibel dalam berpikir. Individu pada tahap ini dapat mengklasifikasikan objek dengan satu atau lebih atribut, maka reklasifikasi mereka dalam berbagai cara yang berbeda, masing-masing menyadari bahwa cara yang diperbolehkan di waktu yang sama dan bahwa pilihan untuk pengaturan tergantung pada tujuan seseorang. Sekolah tidak harus terus mengajar di tingkat kelas atas seperti cara mereka mengajar di tingkat awal, hanya membuat konten yang lebih abstrak. Siswa perlu pengalaman yang tepat untuk berpikir bahwa mereka sedang belajar. Jika pengalaman tersebut tidak diberikan pada tahap ini, banyak siswa, sebagai orang dewasa, tidak akan mampu untuk mengidentifikasi dan mengisolasi kemungkinan kombinasi hubungan yang terlibat dalam masalah kompleks yang akan mereka hadapi dalam kehidupan pribadi dan professional mereka.
Tahap 7 Berpikir fleksibel.
Ketika tahap 7 muncul pada usia 16 tahun (Karplus dan Karplus, 1972; Lowery,
1981a; Lowery, 1981b), siswa dapat mengembangkan kerangka berpikir berdasarkan
alasan logis tentang hubungan antara benda atau ide-ide, sementara pada saat
yang sama menyadari bahwa pengaturan adalah salah satu dari banyak kemungkinan
yang pada akhirnya dapat diubah berdasarkan wawasan baru. Tahap ini dicirikan
oleh individu yang sudah mampu untuk mengklasifikasikan dan reklasifikasi objek
atau ide-ide ke dalam hierarki yang terkait atau kelas inklusif. Pola pikiran
manusia pada tahap ini menjadi kompleks dan dapat dinyatakan dalam berbagai
cara.
F.
Teori
Perkembangan Piaget Psikolog Swiss
Jean
Piaget, merancang model yang mendeskripsikan bagaimana manusia memahami
dunianya dengan mengumpulkan dan mengorganisasikan informasi. Menurut Piaget
seperti yang dikutip Woolfolk (2009) perkembangan kognitif dipengaruhi oleh
maturasi (kematangan), aktivitas dan transmisi sosial. Maturasi atau kematangan
berkaitan dengan perubahan biologis yang terprogram secara genetik. Aktivitas
berkaitan dengan kemampuan untuk menangani lingkungan dan belajar darinya.
Transmisi sosial berkaitan dengan interaksi dengan orang-orang di sekitar dan
belajar darinya. Piaget mengadakan penelitian pada anak mengenai perkembangan
kognitif anak. Dari penelitiannya Piaget mengusulkan 4 ahapan perkembangan kognitif yang tiap
tahapannya berhubungan dengan usia dan cara berpikir. Tahap-tahap itu adalah:
(1).
Tahap Sensorimotor (dari usia lahir sampai 2 tahun) Pada tahap ini seorang bayi
membangun pemahamannya tentang dunia sekitarnya melalui koordinasi pengalaman
indrawinya dengan gerakan motorik. Pada awal masa perkembangan bayi tak berbeda
jauh dari gerakan refleksnya. Di akhir tahapan seorang bayi mulai bisa
membedakan dirinya dan dunia sekitarnya dan mulai menyadai bahwa objek akan
tetap ada walau tak terlihat atau tak terdengar. (2) . Tahap
Preoperasional (kira-kira usia 2 sampai 7 tahun)
Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel. (3).Tahap Operasional Konkret (kira-kira usia 7 sampai 11 tahun)
Menurut Santrok juga Jamaris, pada usia ini anak sudah mempu melakukan seriasi dan klasifikasi terhadap satu set objek dan juga menemukan hubungan logis antara elemen-elemen yang tersusun secara teratur (transitivity). Pada tahap ini anak juga mampu memecahkan masalah secara konkrit atau dalam bentuk kegiatan nyata. Selain itu anak juga sudah mulai mengurangi sifat egosentrisnya. Anak pada tahap ini sudah mengerti konsep irreversibel dan konservasi. Misalnya. Anak sudah mulai mengerti bahwa jika air dituangkan ke wadah lain maka volume/banyaknya tetap sama. (4). Tahap Operasional Formal (kira-kira usia 11- 15 tahun sampai dewasa). Tahap operasional formal adalah tahap terakhir perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Siswa pada usia ini telah mampu berpikir abstrak, idealistis dengan cara yang logis.
Ciri utama fase ini adalah berpikir simbolik dan berpikir intuitif, egosentris dan animisme serta suka mendengarkan dongeng. Berpikir simbolik pada fase ini adalah anak sudah dapat mengungkapkan konsep yang tersusun dalam skemata di dalam imajinasinya, dan diungkapkan dalan bentuk kalimat dan gambar. Sedangkan animisme artinya anak percaya bahwa objek yang tidak bergerak dapat melakukan kegiatan seperti benda hidup. Pada tahap ini anak belum bisa berpikir konservasi atau irreversibel. (3).Tahap Operasional Konkret (kira-kira usia 7 sampai 11 tahun)
Menurut Santrok juga Jamaris, pada usia ini anak sudah mempu melakukan seriasi dan klasifikasi terhadap satu set objek dan juga menemukan hubungan logis antara elemen-elemen yang tersusun secara teratur (transitivity). Pada tahap ini anak juga mampu memecahkan masalah secara konkrit atau dalam bentuk kegiatan nyata. Selain itu anak juga sudah mulai mengurangi sifat egosentrisnya. Anak pada tahap ini sudah mengerti konsep irreversibel dan konservasi. Misalnya. Anak sudah mulai mengerti bahwa jika air dituangkan ke wadah lain maka volume/banyaknya tetap sama. (4). Tahap Operasional Formal (kira-kira usia 11- 15 tahun sampai dewasa). Tahap operasional formal adalah tahap terakhir perkembangan kognitif menurut teori Piaget. Siswa pada usia ini telah mampu berpikir abstrak, idealistis dengan cara yang logis.
G. Pembelajaran adalah Proses Berpikir
Belajar adalah proses berpikir.
Belajar berpikir menekankan kepada proses mencari dan menemukan pengetahuan
melalui interaksi antara individu dengan lingkungan. Dalam pembelajaran
berpikir proses pendidikan di sekolah tidak hanya menekankan kepada akumulasi
pengetahuan materi pelajaran, akan tetapi yang diutamakan adalah kemampuan
siswa untuk memperoleh pengetahuannya sendiri (self regulated). Asumsi yang mendasari pembelajaran berpikir adalah
bahwa pengetahuan itu tidak datang dari luar, akan tetapi dibentuk oleh
individu itu sendiri dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Atas dasar
asumsi itulah pembelajaran berpikir memandang, bahwa mengajar itu bukanlah
memindahkan pengetahuan dari guru pada siswa, melainkan suatu aktivitas yang
memungkinkan siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Bettencourt
dalam Sanjaya (2009) dikatakan bahwa, mengajar dalam pembelajaran berpikir
adalah berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna,
mencari kejelasan, bersikap kritis, dan mengadakan justifikasi.
Dalam proses pembelajaran La Costa
(Sanjaya, 2009), mengklasifikasikan mengajar berpikir menjadi tiga, yaitu:
(1) Teaching of
thinking, adalah proses pembelajaran yang diarahkan untuk pembentukan
keterampilan mental tertentu, seperti misalnya keterampilan berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan lain sebagainya. Dengan demikian, jenis pembelajaran ini
lebih menekankan kepada aspek tujuan pembelajaran. (2) Teaching for thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada
usaha menciptakan lingkungan belajar yang dapat mendorong terhadap pengembangan
kognitif. Jenis pembelajaran ini lebih menitikberatkan kepada proses
menciptakan situasi dan lingkungan tertentu, contohnya menciptakan suasana
keterbukaan yang demokratis, menciptakan iklim yang menyenangkan sehingga
memungkinkan siswa dapat berkembang secara optimal.(3) Teaching about thinking, adalah pembelajaran yang diarahkan pada
upaya untuk membantu agar siswa lebih sadar terhadap proses berpikirnya. Jenis
pembelajaran ini lebih menekankan kepada metodologi yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Pada kenyataannya, proses pembelajaran berpikir menyangkut tiga
hal tersebut. Artinya, dalam pelaksanaan pembelajaran, kita tidak mungkin
melepaskan ketiga aspek di atas. Contohnya, untuk dapat melatih keterampilan
berpikir tertentu kepada siswa sangat diperlukan suasana yang mendukung serta
metodologi yang dianggap efektif. Oleh karenanya, ketiga hal di atas, memiliki
keterkaitan yang sangat erat bahkan tidak dapat dipisahkan.
H. Implikasi Dalam Dunia Pendidikan
Pentingnya
dasar biologis untuk pengembangan pemikiran ini selalu sering diabaikan oleh pendidik.
Periodik peningkatan pertumbuhan otak (mungkin pembentukan selular jaringan)
ditambah dengan bentuk yang baru, kemampuan berpikir bebas (kemampuan awal yang
berisi konten) yang diikuti oleh jangka waktu yang memungkinkan kemampuan baru
menjadi terintegrasi, dapat digunakan, dan menjadi fungsional. Sayangnya,
organisasi dan desain buku teks komersial tidak sesuai dengan kapasitas
berpikir siswa. Banyak topik yang diperkenalkan pada tahap sebelum siswa dapat
memahami mereka. Konten tidak diatur sehingga dapat dipelajari dan dibangun di
atas usia setahun.
Kebanyakan
guru yang sudah terbiasa mengajar dengan metode lama. Keterampilan dan
peningkatan kompleksitas konsep sebagai siswa bergerak melalui kelas. Kurikulum
harapan untuk kinerja siswa didasarkan di indeks kelas sekolah, usia
kronologis, atau pencapaian skor, daripada pada kognitif pembangunan.
I. Simpulan
Basis biologi untuk tahapan berfikir ini
penting untuk kurikulum dan pedoman dalalam bidang pendidikan. Disebutkan
kurikulum horizontal yang merupakan kurikulum yang melatih siswa untuk
menggunakan tahap berfikir dalam belajar memproleh pengetahuan dan pengalaman.
Dalam kurikulum ini guru tidak membandingkan kemajuan setiap siswanya, tetapi
lebih kepada pemilihan pengalaman belajar yang sesuai untuk siswa pada setiap
tahap berfikir, mendorong mereka untuk aktif berfikir.
Sebagai contoh, guru mendesain latihan
untuk melihat siswa yang berada pada tahap berfikir 2 (membandingkan hal yang
diketahui dan yang tidak diketahui) dengan meminta siswa untuk menemukan
kelereng yang sama warnanya pada suatu kumpulan kelereng, dapat juga diganti
dengan objek yang lain. Kemudian untuk tahapan berfikir 3 (meletakkan benda
secara bersamaan) misalnya siswa mengelompokkan objek-objek konkrit. Dengan benda-benda
nyata atau melihat langsung suatu objek, siswa dapat mengaflikasikan pengalaman
belajar dengan gambar-gambar kemudian dapat pula dengan simbol-simbol.
DAFTAR PUSTKA
Allen,
L. R. 1967. “An examination of the
lassifica tory ability of children who have been
exposed to one of the ‘new’ elementary science programs.” Ph.D. Thesis, University
of California, Berkeley.
Askham,
L. R. 1972. “Classification of plants by children in an outdoor environment.”
Ph.D. Thesis, University of California, Berkeley.
Bruner,
J. S. and Kenny, M. J. 1966. Studies in Cognitive Growth. New York,
N.Y.: Wiley.
Bruner,
J. S., Goodnow, J. and Austin, G. 1956. A Study Of Thinking. New York, N.Y.:
John Wiley and Sons.
http://www.google.co.id/#hl=en&output=search&sclient=psy- ab&q=berfikir%2Cpdf&oq=berfikir%2Cp
diakses 5 September 2012
Purwanto,
N., 1990. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar